Murder (part 1)

  MURDER
(fauzi dung dung)

Malam itu, hujan turun begitu lebat. Sapuan sang angin bagai mengamuk membawa jutaan bulir bulir air yang dengan luwesnya membasahi apapun di bumi. Pada halte pemberhentian bis, seorang pemuda terlihat sedang duduk. Raut wajahnya yang tenang seolah memberi tahu bahwa dia tidak sedang dalam kondisi ketakutan apalagi merasa khawatir. Pemuda itu mengenakanseragam SMA dengan motif hitam di ujung lengan baju dan kerah. Di atas saku baju seragamnya, tertera nama Jimmy N. mungkin itulah nama dia. Rambutnya yang agak berantakan tampak bergoyang goyang dihembus angin malam. Sesekali ia melirik arloji lalu kembali bersikap tenang seperti semula.Hujan pun akhirnya reda hanya saja sang angin masih setia meniup nuansa malam di kota XX itu. Pekarangan taman begitu berantakan dipenuhi dedaunan yang berserakan sehingga amat buruk untuk dipandang. Jimmy si pemuda SMA itu pun lantas berjalan perlahan menyusuri tepian jalan. Mata sipitnya melirik kesana kemari, entah apa yang ia cari. Ketika melewati pohon sakura di dekat kolam kecil, tiba tiba ia terkejut kala menemukan seorang perempuan tengah tergeletak. Karena penasaran ia pun mencoba mendekati sosok itu. Setelah sampai, Jimmy begituterperanyat. Banyak darah berceceran di tubuh si perempuan. Wajah yang semula tampak dingin dan tenang, kini berubah. Dipenuhi gurat gurat kecemasan juga kengerian. Peluh pun perlahan-lahan mulai merembes dari dalam pori pori kulitnya. Kini, Jimmy telah dihinggapi rasa takut.''Don't go.. Please! Help me!'' perempuan itu menarik kaki Jimmy dan memohon padanya untuktidak pergi.''Who are you?''''I'm Intan.. Please.. Help me!'' sejenak Jimmy termenung.''Intan? Kamu orang Indonesia?''''Ah.. Iya bener.. Tolong saya.. Aduhh.. Bawa saya dari sini.. Tolong!'' perempuan bernama Intan itu rupanya dari Indonesia. Sama seperti Jimmy.''Ya sudah. Ayo!'' karena iba Jimmy lantas memboyong perempuan berambut panjang itu menuju apartemennya. Sambil berharap tidak ketahuan oleh orang orang.__''Kamu kenapa kok bisa begini?'' dengan hati hati Jimmy merebahkan Intan ke atas kasur. Kemudian sambil berlari ia menutup pintu lalu menguncinya.''Aku kabur dari asrama.. Orang aneh sedang memburu saya'' suara Intan terdengar lirih dan lemah. Jimmy makin penasaran akan hal ini, ia punkembali menanyakan hal lain.''Orang aneh? Sedang memburu kamu? Maksudnya, pembunuh?''''Ya gitu deh.. Aww..!'' Intan yang malang nampak mengerang kesakitan. Melihat hal itu Jimmy lantas mengambil air hangat, handuk kecil, dan kotak obat untuk membantu perempuan cantik itu.''Sini, biar aku obati, mana yang sakit?''''Perut aku robek, bisa kamu bersihin darah darahnya?'' tanpa jawaban lisan, cukup dengan anggukan, Jimmy langsung menyibakan kain baju di sekitar perut Intan.''Nggak apa apa kan?''''Nggak kok, gak usah khawatir''Meski merasa segan, Jimmy mencoba membersihkan perut Intan dari bekas bekas darahyang telah mengering.''Ya ampun. Banyak serpihan kaca, ini ya yang sudah merobek perut kamu? Kejam sekali sih orang aneh itu'' gerutu Jimmy menahan kekesalan pada orang jahat yang mencoba membunuh perempuan di hadapannya.''Tolong cabut ya, aku gak kuat, perih sekali'' pinta si perempuan. Jimmy terdiam beberapa saat. Bibirnya terlihat mengerut, dahinya pun demikian.''Kamu yakin? Pasti sakit''''Udah lakuin aja! Ya! Aku mohon''Kali ini Jimmy agak khawatir melakukan apa yang diminta Intan. Akhirnya ia mencabuti pecahan kaca itu. Seiring ditariknya serpihan, Intan mengerang kesakitan. Bahkan hingga berurai air mata.''Maaf ya kamu sampai nangis, pasti ini sakit. Seharusnya kan kamu gak harus meminta hal semacam ini''''Gak apa apa. Kalau dibiarin nanti infeksi, lebih baik sakit kaya gini'' bantah Intan kemudian tangannya menyeka air mata di pipi.''Seharusnya dibawa ke rumah sakit'' mendengar ucapan itu, Intan sedikit membelalakan mata.''Itu sama aja kaya masuk ke kandang singa, pembunuh itu pasti tahu. Aku takut, aku gak tahu harus kaya gimana lagi''Jimmy pun terdiam beberapa saat kala melihat Intan berkata penuh emosi seperti itu. Air mata lantas kembali membanjiri pipi mulusnya.''Ya sudah. Kamu sementara tinggal di sini. Lagi pula kamu sama sama dari Indonesia, jadi aku bisa bilang kalo kamu itu adik aku. Gimana?''''Boleh boleh. Terima kasih banyak! Untung Tuhan kasih orang seperti kamu disaat aku lagi kesusahaan. Mungkin kalau kamu gak lewat, aku bisa saja mati disini.. Hhh.. Terima kasih sekali'' Intan begitu senang bercampur haru atas kebaikan hati lelaki di hadapannya itu. Sampai sampai ia memegangi kedua tangan Jimmy begitu erat. Sesuatu yang ia alami ini adalah hal terlangkadalam hidupnya. Ternyata, ia dipertemukan dengan Jimmy si pemuda SMA dari Indonesia.''Sekarang, kamu istirahat. Luka luka kamu sudah aku obati. Besok, aku akan beli beberapa pakaian untuk kamu pakai. Pasti baju kamu itu bener bener gak nyaman, kan?'' ucap Jimmy seraya memasukan obat obatan ke dalam kotak putih dan juga membereskan pecahan kaca yang menyebabkan perut Intan terluka.''Hehe.. Iya kamu benar. Tapi, aku pasti ngerepotin. Ah, gak apa apa deh nanti kalau aku sudah sembuh pasti aku ganti semuanya'' Jimmy tersenyum simpul mendengar kalimat yang dilontarkan Intan.''Jangan terlalu dipikirin lah. Sudah, istirahat saja. Nanti aku buatkan makanan. Pasti kamu lapar, kan?''Intan hanya mengangguk disertai senyuman manis. Ketika hendak menuju kamar mandi, langkah kaki Jimmy terhenti karena Intan menahannya.''Tunggu sebentar! Nama kamu siapa?'' seketika kepala Jimmy menunduk dan melinggak-lingguk kearah saku baju. Dia pun sedikit membusungkan dada guna memberi tahu sebuah tulisan singkat diatas saku bajunya.''Oh.. Jimmy N. ya? N. nya apa?''''Nakamura'' Intan terlihat agak mengerutkan dahi.''Kamu keturunan Jepang?''Jimmy tersenyum lebar sebelum menjawab.''Akan aku ceritakan nanti, kalau kamu sudah istirahat dan perut kamu sudah terisi''''Ah.. Iya iya. Hehe..'' kedua pipi gadis itu sedikit memerah, lalu ia menarik selimut bepola abstrak dan membalutkannya ke tubuh. Jimmy hanya bergeming melihat reaksi gadis asing yang ia temuibeberapa waktu tadi itu.__Sekitar pukul 10 malam, Intan terbangun karena mencium bau harum makanan. Suara perutnya terdengar cukup keras.''Sudah bangun ya? Pas sekali. Ini makananmu!''Sebuah meja kecil ditaruh dihadapan Intan. Diatasnya tersaji aneka makanan. Nasi, sup, daging panggang, sayuran yang sedikit ditumis, beberapa potong buah buahan, juga teh hijau. Dan semua itu tersaji hangat.''Makanlah. Sebelumnya aku mau tanya, apa kamuseorang Muslim?''''Iya, benar''''Syukurlah. Aku juga sama. Semua makanan ini halal dan aku beli dari supermarket ber lebel halal.Jadi, kamu tidak usah khawatir'' Intan hanya tersenyum lembut. Kemudian, ia mulai melahap makanan dihadapannya itu dengan perlahan-lahan.''Terima kasih banyak ya. Apa kamu gak ikut makan?''''Mm? Hh.. Aku sudah kenyang'' jawab Jimmy lalu kembali menyeruput minumannya. Beberapa saat keadaan hening, hanya suara dentingan yang berasal dari peralatan makan Intan.''Sudah ya? Biar aku bereskan'' dengan cekatan lelaki sipit itu membereskan perabotan bekas makan.''Maaf ya jadi merepotkan. Aku janji deh, bakalan balas semua ini''''Ah.. Jangan terlalu dipikirin lah. Oh iya, kamu kelas berapa?''''Kelas 12, aku sekolah di XX. Kamu gimana?''Panjang lebar mereka saling membicarakan status pelajar masing masing. Rupanya mereka satu angkatan dan jurusan. Bahkan satu sekolah.''Kok, aku gak pernah lihat kamu ya? Padahal kan kita satu jurusan?'' Jimmy sedikit tertawa geli, Intan pun demikian.''Haha.. Benar. Aku juga sama. Mungkin kita berbeda kelas. Aku kebetulan di kelas atas, lantai dua''''Oh begitu. Aku juga sama, tapi aku di ujung''''Hmm...'' Intan menanggapi ucapan Jimmy denganseulas senyuman manis.Pukul 11.54, Jimmy dan Intan masih mengobrol mengenai seluk beluk keluarga masing masing. Jimmy adalah anak dari dua orang tua yang berbeda kebangsaan. Ibunya dari Indonesia sedangkan sang Ayah berasal dari Negeri Sakura. Sementara Intan, dia adalah orang Indonesia yangkedua orangtuanya asli dari tanah Jawa.''Sebenarnya, aku pernah tinggal di Indonesia selama 14 tahun. Tapi semenjak ayah dapat tugas baru aku harus ikut dengannya. Maka dari itu aku bisa fasih bahasa Indonesia karena memang dari kecil aku tinggal disana''Intan menganggukkan kepala begitu mendengar penjelasan Jimmy.''Kalo kamu gimana? Kenapa bisa sekolah disini?'' tanya Jimmy seraya melepas celemek yang ia pergunakan sedari tadi.''Aku tinggal disini semenjak ibu menikah sama orang Jepang. Kira kira sudah 4 tahun''''Maksud kamu, kedua orang tuamu bercerai?''Intan hanya menjawab dengan anggukan kecil danalis yang sedikit terangkat. Suasana kembali hening. Sampai Intan tak sengaja bersuara saat menguap.''Kamu mengantuk?'' Intan yang terkejut sedikit menutup bibir karena tersipu.''Ah.. Haha.. Maaf ya aku gak sopan'' Jimmy tiba tiba tertawa cukup keras. Membuat seisi ruangan seolah dihinggapi suara tawanya.''Hahaha.. Maaf ya, tadi itu lucu sekali. Belum pernah aku melihat perempuan menguap. Ternyata manis sekali'' ujar Jimmy sambil menggaruk garuk kepala. Intan pun ikut tertawa meski pelan.''Ahaha.. Aku jadi malu''''Ya sudah deh, kamu tidur saja. Sudah larut malam juga. Kalau tertawa terus nanti lukamu takkan sembuh''Intan sedikit mengusap sudut matanya karena berair. Kemudian ia memberi sebuah anggukan sebagai respon.''Oyasumi!'' Intan berkata demikian. Jimmy tersenyum lantas menjawab.''Oyasumi!''Keduanya pun mulai terlelap secara perlahan. Dibenak Intan, ia selalu bergumam. Ia tak pernah menduga akan menghadapi situasi seperti ini. Dikejar pembunuh, lalu terluka, sampai akhirnya dia ditolong oleh lelaki sebaya yang berhati bak malaikat. Sama halnya dengan Jimmy. Ia tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan seorang gadis malang dan mau tak mau perempuan itu harus terlibat di dalam kehidupannya yang semula selalu sendirian.''Kebetulan ini benar-benar tak terprediksikan.Haha..!'' celetuk Jimmy dalam hati kecilnya.TREK!Lampu pun dimatikan, dan dua orang itu mulai menjelajahi alam mimpi masing masing. Intan tertidur di atas kasur yang sering digunakan Jimmy. Sedang Jimmy sendiri tidur diatas sofa dekat televisi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FILOSOFI KERANG MUTIARA

MERENCANAKAN KEGAGALAN ATAU KEMENANGAN?

Puisi bulan dirgantara