Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Puisi

Manusia setengah tikus Oleh:mardiyah Angin dingin mengalun berderik Kabut putih menyongsong mentari Tegak cahayanya, merunduk citra Indah berpoles tak berbedak Desaku, Gunung gunung berbanjar tepi Bukan! Desaku tabirnya masih rapat Tidak terbaca dari timur Hingga manusia manusia setengah tikus Menggerat daun daun yang merunduk Sampai lalat lalat berkerumun Diatas kepala manusia setengah tikus Mencium darah segar Diatas kepala tiada fikiran Menunggu para penggerak jari Ingat! Diatas kepalaku masih ada junjungan Dengan hebat tabir desaku terpatri rapat Pernahkah kau melihat ratu yang kuat? Yang tersengat mentari tak bergerak Pernahkah kau melihat, wajah wajah rapat, sedada? Pernahkah kau melihat gedung tinggi di atas air tak beriak? Disanalah aku berbangga ilusi diatas dermaga Melingkup pohon melambai warna kaki menjejak karya karyaNYA Sampai tanah yang aku pijak Terbaca mereka yang berkulit hitam dan berambut keriting Membuka tabir pesona dibalik tirai T

Cerpen

Mardiyah              LEKSA KUASA BAJA    Tumpukan baja menghiasi sudut goa.Terkadang desir angin memecah bau panas baja dan menebarkannya.Dinom teramat sibuk menempa baja dengan kuat.Dinom menginggat betapa penting pekerjaanya.Dinom yakin jika pekerjaanya tidak selesai,ia akan mati terbunuh.    Panas api seakan membakar wajah Dinom.Lengannya yang kuat dan berotot kini memiliki peran ganda.Selain menempa juga untuk menyeka keringat yang mengucur bagai darah di medan perang.Tangan Dinom begitu tebal.Sampai tanganya tidak terpental saat menyentuh baja panas.    Bau panas baja yang menguar di dalam goa seakan menghibur Dinom yang resah.Dinom kawatir jika Otopus datang dan pekerjaanya belum selesai.Alunan tempaan baja sangat merdu di dalam goa.Dengan cekatan Dinom menyelesaikan pekerjaanya.Suara air yang mendinginkan baja panas terdengar jelas.Otot otot dinom semakin tampak saat ia mengosok gosokan amplas pada pedang baja hasil tempaanya.Baja yang awalnya hanya berbentuk balok diubahny

Puisi

Bukan tanah bedebah (Mardiyah) Irisan irisan waktu membumbung, Membuncah pada guratan guratan batang suasa Bagai serdadu berbanjar rapi dengan hiasan perdu mempercantik diri Aku cerdik? Saat tangan tangan tua bercengkrama Dengan pandai besi ternama Memperdalam goresan di tubuhku Dalam,dalam semakin dalam Mengapa kau mengoresku? Mengapa kau mengikat mangkuk di batangku? Mengapa kau membuatku merintih Meneteskan getah murni setetes demi setetes.untuk semangkuk Mengapa tidak kau kupas saja kulitku? Agar kau lihat jelas getahku mengalir tak terhalang Atau kau peras saja batangku Agar kau melihat betapa melimpah ruah getahku Ingin ku jatuhkan seluruh daunku,saat kau menyayatku Tapi aku tak mampu. Lalu kenapa? Kau bilang aku serdadu pernahkah kau melihat buah di dahanku? Tapi aku mampu menjatuhkan biji kepadamu Lihat! Biji ku berserakan,bagai bedil dalam lamunan Anak anak bermain Saling beradu.menjadikanya bedil dalam hayalan Terkadang terkena mangkuk pada batang