Puisi
Bukan tanah bedebah
(Mardiyah)
Irisan irisan waktu membumbung,
Membuncah pada guratan guratan batang suasa
Bagai serdadu berbanjar rapi
dengan hiasan perdu mempercantik diri
Aku cerdik?
Saat tangan tangan tua bercengkrama
Dengan pandai besi ternama
Memperdalam goresan di tubuhku
Dalam,dalam semakin dalam
Mengapa kau mengoresku?
Mengapa kau mengikat mangkuk di batangku?
Mengapa kau membuatku merintih
Meneteskan getah murni setetes demi setetes.untuk semangkuk
Mengapa tidak kau kupas saja kulitku?
Agar kau lihat jelas getahku mengalir tak terhalang
Atau kau peras saja batangku
Agar kau melihat betapa melimpah ruah getahku
Ingin ku jatuhkan seluruh daunku,saat kau menyayatku
Tapi aku tak mampu.
Lalu kenapa?
Kau bilang aku serdadu
pernahkah kau melihat buah di dahanku?
Tapi aku mampu menjatuhkan biji kepadamu
Lihat!
Biji ku berserakan,bagai bedil dalam lamunan
Anak anak bermain
Saling beradu.menjadikanya bedil dalam hayalan
Terkadang terkena mangkuk pada batangku
Getah ku tumpah,tapi tak apa,
Aku akan menangis lebih keras,agar penuh kembali mangkuk ini
Mengapa kau tersenyum?
Mungkinkah getahku menjadi berlian?
Atau getahku telah menggiring lauk lauk ke pengorengan?
Mungkinkah bijiku benar benar menjadi bedil menembus dada musuhmu?
Mungkinkah akarku ini mengurat pada tanah para bedebah
tidak!
bukan.
Ini tanah pribumi
Milikmu tuan
batang,daun,getah,dan akarku tumbuh di tanahmu
Sayatlah,tak apa
Tampunglah,tak apa
Bekukan,agar kau jual
Mungkin anakmu akan tersenyum
Agar nadi mu kembali lancar
tiada lagi rasuk yang mencekik jantungmu
Komentar
Posting Komentar